Header Ads

Header ADS

Awas, 6 Dampak Berbahaya Mengintaimu yang Suka Bekerja Multitasking


Awas, 6 Dampak Berbahaya Mengintaimu yang Suka Bekerja Multitasking. Aktivitas manusia makin padat seiring bertambahnya umur. Banyak yang mengeluh kekurangan waktu, 24 jam sehari rasanya gak pernah cukup. Apalagi yang sudah masuk ke dunia kerja, belum selesai satu urusan sudah muncul tugas baru dari atasan.

Hasilnya, banyak orang yang memilih bekerja multitasking. Mungkin sekilas keren, bisa handle banyak pekerjaan sekaligus. Tapi tanpa disadari, 6 dampak buruk ini mengintai para multitasker. Simak di bawah ini, jangan-jangan kamu sudah mulai terjangkit salah satunya.

1. Rentan membuat kesalahan

Pekerja yang terbiasa multitasking jadi lebih rentan membuat kesalahan, mengetik sambil menerima telepon misalnya. Kamu sudah memikirkan apa yang akan diketik, tapi yang tertulis di layar justru ucapan Si Penelepon. Hal ini sangat mungkin terjadi, bahkan sudah dibuktikan lewat penelitian ilmiah.

Dikutip dari laman DailyMail, seorang ilmuwan di Massachusetts Institute of Technology bernama Earl Miller, melakukan pengamatan terhadap saraf otak seseorang yang mengerjakan 2 kegiatan sekaligus.

Bagian otak yang memproses penglihatan dan pendengaran gak bisa bekerja bersamaan. Ketika fokus melihat, kamu akan melewatkan beberapa kata dari lawan bicara dan begitu juga sebaliknya.

2. Melewatkan detil-detil kecil

Ketika menghadapi lebih dari 1 pekerjaan, fokusmu secara otomatis terbagi. Hal ini bisa membuatmu tanpa sengaja melewatkan detil-detil kecil. Misalnya menata barang sambil mencatat data stok.

Kamu harus merapikan barang sesuai jenis, sambil mengingat sudah berapa banyak yang masuk dalam wadah. Di tengah prosesnya, kamu tiba-tiba lupa dan mesti mengulang lagi dari awal. Malah jadi ribet kan?

3. Kinerja melambat dan kurang produktif

Sering bekerja multitasking juga membahayakan kesehatan mental. Justru bisa membuat kinerja seseorang jadi melambat dan kurang produktif. Sebenarnya, otak manusia didesain untuk fokus pada satu hal saja. Diimbangi dengan kerja keras, menyelesaikan tugas satu per satu akan lebih efektif.

Sebuah penelitian di University of Sussex memberi hasil mengejutkan. Partisipan diminta mengamati beberapa media sekaligus yang melibatkan mata, telinga dan tangan secara terpisah.

Hasilnya, bagian korteks anterior singular otak mereka mengalami penurunan massa jenis. Padahal fungsinya terhubung dengan kontrol empati dan emosi. Wah, bahaya banget kan?

4. Penghasilan memang meningkat, tapi profesionalitas menurun

Kalau mau menganalisa lebih dalam, keuntungan bekerja multitasking hanyalah soal penghasilan. Semakin banyak tugas yang bisa dikerjakan, apresiasi dan penghasilan pun ikut bertambah.

Sayangnya, hal ini justru membuat profesionalitas seorang pekerja makin menurun. Setiap manusia hanya ahli dalam satu hal. You can do anything, but not everything.

5. Kamu jadi lebih mudah lelah dan stres

Gejala yang satu ini pasti sudah sering dirasakan para multitasker. Hanya saja, mayoritas orang menepisnya dengan mengalihkan ke aktivitas lain. Memaksa otak dan tubuhmu bekerja lebih keras bikin mudah stres lho.

Jangan menganggap remeh, stres bisa berujung penyakit atau merusak kehidupan sosial. Pikir-pikir lagi deh sebelum mengambil pekerjaan rangkap.

6. Makin banyak momen kehidupan yang hilang

Dampak buruk yang satu ini paling gak terbantahkan. Berapa banyak waktumu dalam sehari yang habis untuk bekerja? Multitasking akan menyita waktu lebih banyak lagi. Hasilnya, banyak momen kehidupan yang luput dari perhatianmu.

Kamu mungkin masih di depan komputer saat masakan ibumu baru matang. Sesampainya di rumah, beliau sudah tidur dan makanan sudah dingin di balik tudung saji. Atau barangkali kamu selalu melewatkan cantiknya matahari terbenam, dari musim kemarau baru dimulai hingga musim penghujan datang lagi.

Gak ada yang salah dari bekerja keras. Tapi kalau setiap hari selalu dihabisi pekerjaan, menurutmu sebuah kesalahan atau bukan?

No comments

Powered by Blogger.